Kamis, 03 Maret 2011

PEREKONOMIAN INDONESIA DIBAWAH KEPEMIMPINAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Pada pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  sejak pertama kalinya beliau dilantik menjadi Presiden tahun 2004 bersama wakilnya Bapak Jusuf Kalla (JK) dari tahun 2004-2009 serta ketika Bapak Susilo Bambang Yudhono di lantik untuk kedua kalinya menjadi presiden RI untuk memimpin bangsa ini bersama wakilnya yang sekarang yaitu Bapak Boediono untuk masa pemerintahan 2009-2014.

Indonesia beberapa tahun lalu tengah mengalami krisis perekonomian. Setelah melewati krisis lebih dari sepuluh tahun. Pada  saat Perekonomian Indonesia di bawah Pimpinan Presiden SBY  (Susilo Bambang Yudhoyono) mengalami peningkatan yang baik setelah masa pemerintahan Megawati. Meskipun proses peningkatan ini berjalan dengan lambat,tetapi telah memberikan hasil yang baik dan tanggapan masyarakat cukup baik dengan ada nya peningkatan ini pada masa pemerintahan Presiden SBY.

Pada masa pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono perekonomian di Indonesia cenderung membaik, terbukti adanya Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar 6,1 persen terhadap tahun
2009, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi 13,5 persen dan terendah di Sektor Pertanian 2,9 persen. Sementara pertumbuhan PDB
tanpa migas tahun 2010 mencapai 6,6 persen.

walaupun begitu pengangguran di Indonesia pun mengalami peningkatan dan perlu perhatian oleh para pemerintah kita pada saat ini, walaupun perekonomian meningkat tetapi masih belum dapat dirasakan oleh para rakyat rakyat menengah kebawah.
Berikut ini adalah data pengangguran yang terdapat pada 
http://www.bps.go.id/sector/employ/table1.shtml
Tahun
Persen Pengangguran
2003
9.5%
2004
9.9%
2005
11.2%
2006
10.3%
2007
9.1%
2008
8.4%
2009
5.1% ???
Pemerintah menargetkan rata-rata angka pengangguran turun sekitar 0.8% per tahun. Namun, dari tabel di atas, maka kita bisa melihat bahwa selama 2.5 tahun pertama angka pengangguran bukannya berkurang tapi malah bertambah. Dan hingga tahun 2008 angka pengganguran mencapai 8.4%. Janji-janji “angin surga” pada tahun 2004 hanyalah isapan jempol. Bagaimana tidak, hingga akhir tahun 2008 angka pengangguran terbuka mencapai 9.3 juta jiwa. Sebanyak 590.000 lulusan perguruan tinggi tidak memiliki pekerjaan, 360.000 lulusan diploma menganggur, 3.8 juta lulusan SMA hanya menghabis-habis hari-hari dengan melihat lowongan pekerjaan. Belum lagi 1.97 juta lulusan SMP dan 2.1 juta lulusan SD.
Angka pengangguran tidak kunjung turun karena paradigma pemerintah adalah memprioritaskan “kemegahan” angka-angka makro ekonomi. Pemerintah hanya memfasilitasi perusahaan untuk membuka lapangan pekerjaan. Pasar tenaga kerja dibuka bebas. Padahal, dengan anggaran pajak dan kekayaaan alam, semestinya Pemerintah turun langsung menciptakan lapangan pekerjaan dengan membangun proyek infrastruktur atau menjadikan BUMN sebagai sentra produksi. Langkah-langkah ini tidak diambil dan membiarkan paham neoliberalisme berkembang pesat. Baru setelah masukan dan inisiatif orang-orang diluar Tim Ekonomi SBY-JK, pemerintah menyetujui pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW, Bandara dan lain-lain. Yang parahnya lagi adalah ad hoc dana BLT dijadikan program karena telah menjadi program politik untuk meraih suara. Disisi lain, 80% dana stimulus  70 triliun  dinikmati oleh para konglomerat melalui keringan pajak. Inilah kebijakan memihak para konglomerat dengan harapana perusahaan para konglomerat menciptakan lapangan pekerjaan.
demikianlah yang saya ketahui tentang perekonomian yang terjadi pada masa pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
sumber : http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_banner.pdf 
http://www.bi.go.id/web/id/
http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian+Indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar