Pada pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  sejak pertama kalinya beliau dilantik menjadi Presiden tahun 2004 bersama wakilnya Bapak Jusuf Kalla (JK) dari tahun 2004-2009 serta ketika Bapak Susilo Bambang Yudhono di lantik untuk kedua kalinya menjadi presiden RI untuk memimpin bangsa ini bersama wakilnya yang sekarang yaitu Bapak Boediono untuk masa pemerintahan 2009-2014.
Pada masa pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono perekonomian di Indonesia cenderung membaik, terbukti adanya Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar 6,1 persen terhadap tahun
2009, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi 13,5 persen dan terendah di Sektor Pertanian 2,9 persen. Sementara pertumbuhan PDB
tanpa migas tahun 2010 mencapai 6,6 persen.
2009, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi 13,5 persen dan terendah di Sektor Pertanian 2,9 persen. Sementara pertumbuhan PDB
tanpa migas tahun 2010 mencapai 6,6 persen.
walaupun begitu pengangguran di Indonesia pun mengalami peningkatan dan perlu perhatian oleh para pemerintah kita pada saat ini, walaupun perekonomian meningkat tetapi masih belum dapat dirasakan oleh para rakyat rakyat menengah kebawah.
Berikut ini adalah data pengangguran yang terdapat pada  
http://www.bps.go.id/sector/employ/table1.shtmlTahun  | Persen Pengangguran  | 
2003  | 9.5%  | 
2004  | 9.9%  | 
2005  | 11.2%  | 
2006  | 10.3%  | 
2007  | 9.1%  | 
2008  | 8.4%  | 
2009  | 5.1% ???  | 
Pemerintah  menargetkan rata-rata angka pengangguran turun sekitar 0.8% per tahun.  Namun, dari tabel di atas, maka kita bisa melihat bahwa selama 2.5 tahun  pertama angka pengangguran bukannya berkurang tapi malah bertambah. Dan  hingga tahun 2008 angka pengganguran mencapai 8.4%. Janji-janji “angin  surga” pada tahun 2004 hanyalah isapan jempol. Bagaimana tidak, hingga  akhir tahun 2008 angka pengangguran terbuka mencapai 9.3 juta jiwa.  Sebanyak 590.000 lulusan perguruan tinggi tidak memiliki pekerjaan,  360.000 lulusan diploma menganggur, 3.8 juta lulusan SMA hanya  menghabis-habis hari-hari dengan melihat lowongan pekerjaan. Belum lagi  1.97 juta lulusan SMP dan 2.1 juta lulusan SD.
Angka  pengangguran tidak kunjung turun karena paradigma pemerintah adalah  memprioritaskan “kemegahan” angka-angka makro ekonomi. Pemerintah hanya  memfasilitasi perusahaan untuk membuka lapangan pekerjaan. Pasar tenaga  kerja dibuka bebas. Padahal, dengan anggaran pajak dan kekayaaan alam,  semestinya Pemerintah turun langsung menciptakan lapangan pekerjaan  dengan membangun proyek infrastruktur atau menjadikan BUMN sebagai  sentra produksi. Langkah-langkah ini tidak diambil dan membiarkan paham  neoliberalisme berkembang pesat. Baru setelah masukan dan inisiatif  orang-orang diluar Tim Ekonomi SBY-JK, pemerintah menyetujui pembangunan  pembangkit listrik 10.000 MW, Bandara dan lain-lain. Yang parahnya lagi  adalah ad hoc dana BLT dijadikan program karena telah menjadi program  politik untuk meraih suara. Disisi lain, 80% dana stimulus  70 triliun   dinikmati oleh para konglomerat melalui keringan pajak. Inilah kebijakan  memihak para konglomerat dengan harapana perusahaan para konglomerat  menciptakan lapangan pekerjaan.
demikianlah yang saya ketahui tentang perekonomian yang terjadi pada masa pemerintahan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
sumber : http://www.bps.go.id/brs_file/pdb_banner.pdf http://www.bi.go.id/web/id/
http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian+Indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar