Nama : Tia Sri Rejeki Manik
NPM : 29210543
Kelas : 3EB20
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia #
HUT TNI ke-67 (5
Oktober 2012)
Tentara
Nasional Indonesia (TNI) sebentar lagi genap berusia 67 tahun, tepatnya pada
tanggal 5 Oktober 2012. Rencananya, peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara
Nasional Indonesia yang ke-67 ini akan dimeriahkan diberbagai daerah, dengan berbagai kegiatan yang melibatkan tiga
matra baik matra darat, matra laut maupun matra udara. Sesuatu yang wajar
dilakukan mengingat sejarah TNI yang mempunyai peran penting dalam negara ini.
Sudah kita ketahui bersama
bahwa TNI muncul untuk memenuhi panggilan sejarah dan revolusi kemerdekaan di
tahun 1945. TNI lahir dari rakyat, oleh rakyat, hidup di tengah-tengah rakyat
dan untuk membela kepentingan rakyat. TNI lahir untuk membela dan
mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Mengingat bahwa TNI lahir dari
rakyat, maka sudah barang tentu TNI memang benar-benar milik masyarakat. Karena
itu, apa yang menjadi tantangan rakyat, juga berarti menjadi tantangan TNI. TNI
yang berasal dari rakyat dan berada di tengah-tengah rakyat, sehingga terjadi
interaksi yang tidak bisa dihindari. Inilah yang biasanya kita kenal sebagai
kemanunggalan TNI dan rakyat.
TNI mempunyai peran utama dalam
menjaga kelangsungan hidup bangsa Indonesia, mengawal dan diharapkan selalu
bisa menjawab tantangan zaman yang selalu akan muncul menghadang kemajuan
bangsa dan negara kita. Ini berarti, TNI selalu akan melihat tugas-tugasnya
yang berkaitan dengan upaya masyarakat, bangsa dan negara kita untuk menjawab
tantangan zaman di waktu yang akan datang itu.
Kemanunggalan TNI dengan rakyat
tidak hanya terlihat dalam kerja sama, bahu-membahu dalam perjuangan fisik
maupun nonfisik, tetapi kelahirannya benar-benar muncul dari rakyat. Asal
kelahiran TNI diawali dari Badan Keamanan Rakyat serta laskar-laskar rakyat. Setelah
ada perkiraan bahwa kedatangan Tentara Sekutu ke Indonesia juga sekaligus untuk
mengembalikan penjajah Belanda ke tanah air kita, maka anggota Badan Keamanan
Rakyat dan Laskar Rakyat ini mulai merebut senjata dari Jepang, sehingga
sedikit demi sedikit mereka mempunyai senjata api.
Berdasarkan berbagai pertimbangan
tersebut, maka pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan maklumat Tentara
Keamanan Rakyat yakni angkatan bersenjata yang berada di bawah kekuasaan
pemerintah pusat, sehingga dapat digunakan sebagai penyangga berdirinya negara
Republik Indonesia.
Begitu efektifnya TNI, sehingga
membuat banyak pihak tertarik atau sebaliknya mencurigai peran TNI
tersebut. Sebagai alat negara, TNI digunakan pemerintah untuk menjaga
kedaulatan negara dari segala ancaman dan gangguan, TNI menjadi kekuatan yang
paling dominan dalam mengatasi berbagai konflik yang muncul di masyarakat, dari
politik sampai ekonomi.
Banyak persoalan yang akan dan harus
dihadapi TNI agar perannya bisa terlaksana tanpa melahirkan berbagai kecurigaan
atau kecemburuan, terutama di kalangan masyarakat yang sangat kritis. Tantangan
mempertahankan kredibilitas TNI bukan hal mudah dan perlu perhatian serta
praktik sungguh-sungguh untuk itu.
Pada saat kondisi negara masih dalam
keadaan terancam perpecahan seperti sekarang ini, TNI diharapkan bisa
mengaktualkan peran dominannya. Sebagai dinamisator, TNI harus membangkitkan
semangat kebersamaan di kalangan orsospol. Kemampuan mendinamisasikan kehidupan
politik dalam menjaga kelangsungan hidup bangsa itulah yang diharapkan
masyarakat dengan menghormati pemerintahan sipil yang terbentuk tanpa memihak
salah satu partai politik.
TNI yang berasal dari rakyat dan
untuk rakyat, tetap akan menjadi pelindung semua lapisan masyarakat. Secara
ideologis, khususnya dalam perjuangan mencapai cita-cita bangsa, TNI akan tetap
netral. Kenetralan ini mulai dilakukan dalam Pemilu 1999 lalu. Netralitas itu
penting agar politik aliran tidak mewarnai terus perjalanan bangsa ini.
Sebagai kekuatan pertahanan, kemampuan TNI tidak diragukan lagi. Sudah berulang kali, TNI menyelamatkan bangsa Indonesia keluar dari kemelutnya. Penolakan Panglima Soedirman atas anjuran pemerintah untuk menyerah kepada Belanda, dan memimpin perang gerilya di masa revolusi dulu, serta pemulihan kembali keadaan menyusul percobaan kudeta G 30 S/PKI, adalah dua langkah penting yang dilakukan TNI untuk menyelamatkan Republik ini dari kehancuran.
Sebagai kekuatan pertahanan, kemampuan TNI tidak diragukan lagi. Sudah berulang kali, TNI menyelamatkan bangsa Indonesia keluar dari kemelutnya. Penolakan Panglima Soedirman atas anjuran pemerintah untuk menyerah kepada Belanda, dan memimpin perang gerilya di masa revolusi dulu, serta pemulihan kembali keadaan menyusul percobaan kudeta G 30 S/PKI, adalah dua langkah penting yang dilakukan TNI untuk menyelamatkan Republik ini dari kehancuran.
Sampai tahun 2012 ini, sikap tanggap
selalu diperlihatkan TNI. Medan juang TNI bagaimanapun tidak sama lagi dengan
generasi pendahulu maupun dari para politisi sipil. Lebih mencuatnya paham dan
pelaksanaan demokrasi menyebabkan TNI tidak sembarangan menggunakan pendekatan
keamanan. Diperlukan kehati-hatian bagi TNI untuk ikut berperan dalam berbagai
persoalan bangsa. Namun demikian, dalam merekonstruksi peran TNI, Indonesia
harus melihat kepentingan yang lebih besar. Sekaligus juga kita melihat diri
kita dan menyadari betapa luasnya wilayah kita yang harus diamankan ini.
Di samping itu, pada saat negara
kita berada di ambang perpecahan, TNI harus mampu menjadi penyelamat utama
tanpa harus berpolitik. Tantangan TNI juga berupa peningkatan egoisme kelompok,
yang kuat ingin menerkam yang lemah, dan yang kaya ingin memakan yang miskin.
Jika para politikus kurang memperhatikan hal-hal seperti itu maka kelompok yang
kecil, lemah, miskin dan tersingkir merasa tidak aman, frustrasi, dan
menderita. Karena hal itu juga merupakan ancaman bangsa, maka TNI harus mampu
melindungi yang lemah dan menekan yang arogan.
Bagaimanapun juga TNI yang berpihak
kepada yang lemah (rakyat) sudah menunjukkan TNI sebagai lembaga demokratis.
Dalam keadaan yang semakin memprihatinkan, TNI akan tetap di hati rakyat dan
bersama rakyat sehingga Indonesia yang demokratis akan semakin maju dan
berkembang. Di sinilah urgensinya bahwa TNI harus tetap mempunyai kewibawaan,
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Untuk memeriahkan HUT TNI ke-67
berbagai daerah seperti Jayapura tepatnya di di Makodam XVII/Cenderawasih
menyelenggarakan kegiatan perlombaan/pertandingan yang terdiri atas tenis
lapangan dimulai pada tanggal 21 September 2012 lalu, Bulu tangkis dan Bola
Volly Putri yang akan dilaksanakan mulai tanggal 27 September 2012 di Lantamal
X Jayapura, Lari 10 K yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2012
dengan start dari kantor Otonom Papua dan finish di Denzipur 10 Waena.
Puncaknya, upacara parade militer dengan inspektur upacara Pangdam XVII/Cenderawasih yang akan dilaksanakan di Bumi perkemahan Waena yang didahului dengan geladi kotor pada 2 Oktober 2012 dan geladi bersih pada 3 Oktober 2012. Pada upacara militer ini juga direncanakan berbagai atraksi kemiliteran dan budaya Papua berupa penghormatan defile, demonstrasi tarian bendera Merah Putih, demonstrasi kolone senapan demonstrasi tari kecak, demonstrasi fastroping dan Aero Madeling.
Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia yang ke-67 akan melibatkan segenap pejabat Muspida, pejabat di lingkungan Propinsi Papua dan Papua Barat, Tokoh Pejuang Papua, Forkompimda, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda serta segenap elemen masyarakat. Acara ini juga terbuka untuk masyarakat yang ingin menyaksikan.
Puncaknya, upacara parade militer dengan inspektur upacara Pangdam XVII/Cenderawasih yang akan dilaksanakan di Bumi perkemahan Waena yang didahului dengan geladi kotor pada 2 Oktober 2012 dan geladi bersih pada 3 Oktober 2012. Pada upacara militer ini juga direncanakan berbagai atraksi kemiliteran dan budaya Papua berupa penghormatan defile, demonstrasi tarian bendera Merah Putih, demonstrasi kolone senapan demonstrasi tari kecak, demonstrasi fastroping dan Aero Madeling.
Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia yang ke-67 akan melibatkan segenap pejabat Muspida, pejabat di lingkungan Propinsi Papua dan Papua Barat, Tokoh Pejuang Papua, Forkompimda, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda serta segenap elemen masyarakat. Acara ini juga terbuka untuk masyarakat yang ingin menyaksikan.
Berbeda dengan Makodam
XVII/Cenderawasih, Kodam VI/Mulawarman
Dandim 1003/Kandangan Letkol Kav Tri Handaka membuka acara
pelaksanakan Bakti Sosial TNI dalam rangka memperingati HUT TNI ke-67 TA. 2012,
Selasa (2/10).
Kegiatan ini
dihadiri Kabagops Polres HSS Kompol Arie, Kajari Kandangan, para Camat Se-Kab.
Hulu Sungai Selatan, Danramil Kodim 1003/Kandangan, Kepala Badan KBPMP, Kadis
Kessos Kab. Hulu Sungai Selatan di Polkes TNI AD Jl. Negara Desa Gambah Kec. Kandangan
Kab. Hulu Sungai Selatan. Bakti sosial untuk Akseptor Pelayanan KB ini diikuti
peserta mencapai 37 orang, pengobatan massal 65 orang, dan diakhiri penyerahan
Sembako.
Berbagai kegiatan di laksanakan
diberbagai daerah untuk perayaan HUT TNI ke-67 semoga ini bukanlah suatu
perayaan sementara yang hanya menjadi rutinitas tiap tahunnya, tetapi biarlah
setiap perayaan HUT TNI ini pun membuat rakyat kembali mempercayai TNI sebagai
lembaga perlindungan rakyat, sehingga Indonesia yang demokratis akan semakin
maju dan berkembang.
Sumber: Kedaulatan Rakyat Online Oleh; Drs A
Kardiyat Wiharyanto MM, Dosen Universitas Sanata Dharma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar